MATTANEWS.ID KLATEN|| – Pemerintah Kabupaten Klaten Jawa Tengah melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten mengintensifkan penggunaan Trap Barrier System (TBS) pada lahan tanam padi. Sistem ini digunakan menyusul semakin tingginya sebaran hama tikus yang mengancam pertumbuhan tanaman padi, sehingga menyebabkan gagal panen di beberapa daerah.
Selain menggunakan sistim TBS, Pemerintah Kabupaten bekerja sama dengan dinas instansi terkait elemen lain juga melakukan penekanan tingginya serangan hama tikus dengan melakukan geropyokan tikus serta berbagai cara yang lain.
Kepala DKPP Klaten, Iwan Kurniawan saat mendampingi Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo meninjau penerapan TBS di areal persawahan Desa Jurangjero, Kamis (18/9-25) menjelaskan sistem ini merupakan langkah strategis agar hama tikus dapat terkendali. Dan hasil pantauan sementara TBS di Jurangjero, menunjukkan dampak positif dimana hama tikus lebih terkendali.
“ Saat ini kita menerapkan tiga metode dalam memerangi serangan hama tikus. Yakni mekanis gropyokan, TBS, serta secara biologis dengan penyebaran predator alami tikus seperti burung hantu dan ular, serta kimia. Dari ketiganya, TBS dinilai paling menjanjikan karena langsung menekan populasi tikus di lapangan,” ujarnya.
sistem TBS sendiri diterapkan dengan cara memasang pagar berupa plastik fiber di sekeliling lahan tanam dan memusatkan jalur masuk tikus yang telah dilengkapi perangkap berupa bubu kawat.
Cara ini diterapkan disertai penerapan waktu tanam yang berbeda di setiap lahan, sehingga dapat menekan dampak kerusakan.
“Di Jurangjero, ada beberapa lahan yang diterapkan TBS sebagai tanaman umpan agar kerusakannya dapat dikendalikan. Setelah itu secara bertahap, lahan-lahan lain mulai ditanami padi,” ungkapnya.
Dijelaskan lebih lanjut pemasangan TBS berkisar angka Rp 3,5 hingga Rp 4 juta/hektar atau sekitar Rp700 ribu hingga Rp1 juta per patok, tergantung luas lahan dan bahan yang dipakai. Sementara alat perangkap tikus bisa memakai jaring perangkap atau membuat secara sederhana menggunakan bekal botol galon minuman.
Iwan menambahkan DKPP berencana memasukkan TBS dalam program perlindungan tanaman tahun depan. Pemkab berharap, penerapan teknologi ini dapat menjadi solusi berkelanjutan, menekan serangan hama tikus, dan meningkatkan produktivitas pertanian di Klaten.
Sementara itu, Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo mengapresiasi langkah strategis tersebut. Ia menyampaikan pentingnya inovasi pengendalian hama tikus yang masih menjadi masalah serius bagi petani Klaten.
“TBS jauh lebih efektif dibanding gropyokan. Tidak perlu banyak orang, cukup pasang pagar fiber di jalur masuk. Satu kotak bisa menangkap 30 sampai 40 ekor tikus per hari. Tahun lalu di sini sempat gagal panen, tapi setelah TBS dipasang petani sudah bisa panen lagi,” ungkapnya.
Akhir akhir ini serangan hama tikus di Klaten memang cukup menghawatirkan yang berakibat banyak wilayah yanag gagal panen. Bahkan serangan hama tikus di Klaten tidak hanya menyerang sawah petani.
Akibat bakteri laptosporosis yang terbawa dikencing tikus telah banyak menelan korban jiwa. Catatan terakhir ada sekitar 23 nyawa melayang akibat terkena bakyteri tikus laptosporosis. Dan kebanyakan menimpa petani saat mereka pergi kesawah.(tev)
