
Mattanews.ID Klaten|| Memasuki minggu ke 23 ( Juni 2024) angka kematian akibat serangan penyakit DB (demam berdarah) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti telah mencapai 29 angka kematian dari 724 ksus. Jika dibanding dengan priode yang sama pada tahun lalu yakni 186 kasus dengan 10 angka kematian, maka tahun 2024 ada kenaikan kasus yang cukup signifikan.
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Klaten dr Anggit Budianto M.MR melalui Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberatasan penyakit dr Hanung Sasmito Wibowo M.Si menegaskan meningkatnya kasus DB di Klaten karena masih sangat rendahnya kesadaran masyarakat untuk berpola hidup sehat.
Sehingga gerakan PSN ( Pembersihan Sarang Nyamuk) serta kebersihan lingkungan yang seharusnya menjadi tradisi budaya dalam hidup keseharian tidak diterapkan. Akibatnya dalam kegiatan gerakan PSN serentak yang dilakukan beberapa kali di beberapa wilayah oleh petugas dengan melibatkan semua unsur terkait, masih saja ditemukan genangan air yang berisi jentik jentik nyamuk.
” Kesadaran masyarakat untuk berpola hidup bersih dan sehat masih sangat sangat rendah. Masih banyak Masyarakat mengabaikan kebersihan lingkungan sekitar. padahal lingkungan yang kotor, kumuh dan lembab sangat berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Faktor inilah salah satu penyebab utama meningkatnya angka kasus DBN di Klaten”, tegas Hanung saat ditemui Mattanews.ID diruang kerjanya Kamis(13.6/24).
Menurut Hanung penyebaran DB hampir merata di semua wilayah. Kasus terbesar DB ada di Kecamatan Trucuk sebanyak 83 kasus, Bayat 50 kasus dan Cawas 47 kasus. Sementara jumlah yang meninggal terdiri dari 15 anak usia 8 bulan hingga 7 tahun. Remaja usia 10 hingga 15 tahun sebanyak 9 kasus dan dewasa 5 kasus kematian.
Saat ini lanjut Hanung Berbagai cara telah dilakukan Dinas kesehatan untuk memerangi dan mengurangi kasus DB di Klaten. Mulai dari pengendalian vektor, penguatan surveilans Dangue, peningkatan mutu akses dan mutu tata laksana Dangue, peningkatan peleibatan masyarakat hingga penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program dan kemitraan, serta gerakan PSN serentak terus dilakukan.
Namun semua program tersebut hasilnya akan tidak maksimal ketika peran masyarakat untuk berpola hidup sehat dan bersih tidak dilakukan. Karena kunci utama penyebaran penyakit DBD ada di masyarkat itu sendiri dengan cara mengaktifan kegiatan 3M yakni menguras, menutup atau mengubur atau mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi sarang atau berkembangnya nyamuk.
Terkait foggingisasi, ditegaskan fogging bukan cara efektif atau satu satunya cara untuk memberantas penyebaran nyamuk aedes aegypti. Fogging hanya membunuh nyamuk tapi tidak bisa membunuh jentik jentik nyamuk. Dan Dinas kesehatanpun tidak bisa begitu saja melakukan fogging tanpa adanya permintaan yang disertai persyaratan serta kreteria harus dilakukan fogging.(batavia)